WELCOME TO -- Hepie Aiyaya Rangers-- BLOG

" We all have our time machines.. Some take us back, they're called memories..
Some take us forward, they're called dreams..
"

Friday, April 16, 2010

Pembangunan Sosial Budaya


Materi : Kapita Selekta - Pembangunan Sosial dan Budaya

Posted By : Cynthia Olivia ( Aiyaya ) - 915070080

Pembangunan Sosial Budaya
            Perkembangan jaman yang semakin pesat serta kebutuhan masyrakat yang semakin tinggi dan responsive, maka sudah selayaknya pemerintah memiliki rencana pembangunan sosial budaya yang dinamis, hal ini dilakukan agar pemerintah dapat cepat terhadap kebutuhan masyarakat sehingga tercipta suatu keadaan yang sejahtera. Dalam pembangunan sosial, pemerintah harus dapat memperhatikan beberapa hal seperti menerapkan konsep dalam pembangunan sosial agar tercipta proses humanisasi, selain itu pemerintah juga harus memperhatikan aspirasi masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang harmonis, dalam pembangunan perlu juga diperhatikan mengenai sikap, pengetahuan serta teknologi yang dapat digunakan dan membantu kelancaran pembangunan sosial budaya.
Beberapa ciri Mentalis Masyarakat Statik :
·         Latar belakang masyarkat yang terbelakang, maksudnya masyrakat lebih terpukau dengan kehidupan sejarah yaitu sejarah lama serta kurang tanggap terhadap masa depan.
·         Fatalistik yaitu sikap yang menyerah pada nasib. Hal ini merupakan salah satu yang memicu pada kemiskinan serta kehidupan yang ironis.
·         Adanya rasa tidak percaya diri dalam menghadapi segala sesuatu dan tergantung pada entitas-entitas dominan.
·         Kurang inovatif dan kreatif, masyarakat statik memang kurang kreatif dan inovatif dalam menghadapi perubahan yang sebenarnya berujung pada kesejahteraan diri mereka sendiri.
Karakter Masyarakat Statik :
·         Sifat Indolen, yaitu sikap malas atau lamban, banyak orang yang tidak merasa dikejar waktu.
·         Pola pikir masyarkat yang tidak menghargai waktu.
·         Memperhatikan adat isitiadat.
·         Kurang sadar pada mutu, karena mereka lebih terpaku atau tertarik pada hal yang sudah ada dan dianggap terbaik, maka dariitu mentalitas masyrakat berubah menjadi tidak ada kemauan kerja dan puas terhadap hasil yang begitu saja.
·         Sikap tertutup terhadap hal apapun.
·         Cara-cara alternatif sangat sulit diterima oleh mereka yang bermentalis tradisionalistik.
·         Adanya rasa kebersamaan yang sangat menonjol, yang menyebabkan rasa ketergantungan satu sama lain daripada kemandirian.
Menurut pendapat saya (Aiyaya = Cynthia. O) , Pembangunan Sosial Budaya memang sangat diperlukan pada masa sekarang apalagi jika kita melihat semakin beragamnya kebutuhan masyarakat mulai kebutuhan yang bersifat pribadi serta kebutuhan yang bersifat umum. Melihat kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi inilah diperlukan sarana atau pembangunan yang harusnya memadai agar dapat cepat tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Namun, pembangunan ini harus didukung juga oleh masyarakatnya sendiri melalui aspirasi seta ide masyrakat yang bersifat kreatif dan inovatif. Namun, melihat sikap masyarakat pada saat ini, ada beberapa kebiasaan masyarakat yang tidak dapat kita ubah yang sepertinya sudah “mendarah daging” yang disebut dengan “Masyarakat Mental Statik”.
Beberapa karakter Masyarakat Mental Statik sudah saya uraikan di atas, akan saya bahas satu per satu. Sikap indolent atau sikap malas, seperti yang kita ketahui sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam kehidupan masyrakat yaitu sikap malas. Banyak orang yang terkadang tidak menghargai waktu, dan mereka lebih suka menunda pekerjaan mereka dikarenakan merasa malas dan tidak dikejar oleh waktu. Apabila kebiasaan malas ini dapat diubah, saya yakin dan percaya tidak akan ada pekerjaan yang tertunda dan masyarkat pun akan menjadi lebih nyaman dalam menghadapi hari-hariya. Oleh karena itu, untuk mencapai pembangunan sosial budaya yang diinginkan, seharusnya masyarkat mau mengubah kebiasaan mereka, mulai bersikap rajin dan menhargai waktu yang diberikan dan tidak membuangnya dengan percuma.
Sudah bukan rahasia lagi kalau setiap daerah pasti memiliki adat istiadat yang berbeda sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing yang ada di daerah mereka. Adat istiadat bukanlah suatu hal yang harus kita hilangkan melainkan harus kita lestarikan agar dapat menjadi identitas ataupun ciri daerah masing-masing, melestarikan suatu adat istidat bukan berarti harus menutup diri terhadap pandangan atau cara-cara elternatif yang dibawa dari dunia diluar sana. Namun, seperti yang kita tahu bahwa masih ada sebagian masyarakat yang masih “kekeh” terhadap kepercayaan adat istiadat mereka sehingga kurang mau membuka diri terhadap cara-cara dari dunia luar yang sebenarnya dapat membantu kesejahteraan mereka. Sebagai masyarakat yang mau akan kemajuan pembangunannya, seharusnya mereka bukan hanya memperhatikan adat istiadat mereka saja namun perhatikan juga harus memberikan kesempatan yang diberikan oleh dunia luar, satu hal yang perlu kita ingat menerima cara-cara dari dunia luar yang tidak sesuai dengan adat istiadat kita bukan berarti kita lantas langsung menghilangkan rasa kepercayaan pada adat istiadat.
Hal terakhir yang akan saya bahas mengenai masyarakat mental stati adalah rasa kebersaman atau solidaritas yang tinggi. Rasa kebersamaan atau solidaritas yang tinggi memang sangat diperlukan dan mengandung hal-hal yang baik namun apabila rasa kebersamaan yang terlalu berlebihan rasanya juga akan membawa keburukan atau hal negative pada diri setiap individu. Contoh hal yang paling kecil adalah mengerjakan tugas, jika rasa kebersamaan yang tinggi tentu kita akan bersama-sam berkumpul dan mngerjakan tugas tersebut hingga selesai, namun apabila rasa kebersamaan yang berlebihan tentu akan membawa sifat kemalasan pada setiap masing-masing individu, karena mereka pasti akn berpikir apabila mereka tidak mengerjakan tugas dan diberikan sanksi mereka akan merasakannya bersama. Jadi, apabila rasa kebersamaan yang tinggi namun tidak membawa kebaikan, adakah keuntungan yang dapat kita terima? Terutama dalam hal pembangunan sosial budaya, apabila kita tidak bekerja sama dengan apa pembangunan ini kan berjalan dengan lancar atau sebaliknya. 
Kesimpulan akhirnya, semua ini kembali lagi kepada diri kita masing-masing, jika kita ingin merasakan pembangunan yang dirasakan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sikap mana yang harus kita pilih yang pada akhirnya mampu membawa kita pada kesejahteraan masyarakat yang selama ini menjadi impian bagi setiap individu masing-masing.