WELCOME TO -- Hepie Aiyaya Rangers-- BLOG

" We all have our time machines.. Some take us back, they're called memories..
Some take us forward, they're called dreams..
"

Tuesday, April 20, 2010

Problem Jurnalisme Warga

Materi : Kapita Selekta - Problem Jurnalisme Warga
Posted By : Debie Agustina (Ranger Kuning) - 915070074





PROBLEM JURNALISME WARGA

Apa yang dimaksud dengan Jurnalisme warga? Sebagian besar dari kita pasti akan mengemukakan pendapat yang berbeda tentang Jurnalisme Warga tersebut, yang dalam pengertian sebenarnya pengertian Jurnalisme Warga tersebut yaitu suatu kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita yang dapat disebar luaskan melalui berbagai macam media, seperti media cetak, Tv, radio, serta internet.
Misalnya dalam media TV itu sendiri masyarakat luas dapat mengetahui beragam informasi melalui adanya acara berita, wawancara, dan talkshow (Ruang public), sedangkan adanya opini, surat pembaca, tajuk rencana, dan iklan (Ruang privat) dapat tersedia dalam media cetak untuk masyarakat luas.
Ditandai dengan munculnya  internet (media online) adalah salah satu kelahiran dari Jurnalisme Warga, Sebab melalui media online ini seseorang dapat berperan sebagai penulis lepas, tidak terikat, bahkan tidak harus tunduk pada aturan-aturan ketat jurnalisme. Hal ini merupakan kesempatan bagi setiap orang, apalagi yang memiliki hobi menulis, untuk menyalurkan aspirasinya melalui tulisan yang dimuat di blog, forum, mailing list dan media online lainnya.
Jurnalisme Warga adalah bentuk jurnalisme yang murni, karena tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu seperti yang terjadi di dunia jurnalisme konvensional. Seseorang yang ingin menjadi jurnalis atau wartawan tidak bisa sebebas-bebasnya menuangkan pikiran dan idenya karena terikat dengan aturan, prinsip dasar, kode etik jurnalistik , dan nilai berita yang diterapkan di tempat dia bekerja. Terutama wartawan atau jurnalis yang bekerja di satu media yang memiliki kredibilitas tinggi dan ternama, Mereka akan berhati-hati dalam menulis berita, karena ada lembaga yang mengontrolnya.
Tapi hal lain yang menyertai kebangkitan Jurnalisme Warga  ini adalah kontrol dan tanggung jawab individu terhadap isi tulisannya. Jika setiap orang bebas menulis dan menayangkan tulisannya tanpa proses pengeditan, siapa yang mengontrol bahwa informasi yang dituliskan itu benar dan tidak merugikan pihak-pihak tertentu yang terlibat? Atau malah sengaja dituliskan dengan maksud-maksud tertentu? Kepada siapa dia bertanggung jawab atas isi tulisannya? Bagaimana kalau apa yang ditulis itu tidak benar dan menyesatkan, misalnya?
Cara yang diterapkan di media-media online saat ini, seperti Kompasiana dan Kabar Indonesia, adalah dengan proses edit oleh redaksi. Redaksi yang menentukan apakah suatu tulisan layak dimuat atau tidak. Di satu sisi, proses kontrol dilakukan oleh pengelola media online tersebut. Di sisi lain, penulis memiliki obligasi moral untuk menyajikan suatu tulisan yang informatif, berbobot dan memberikan manfaat pada pembaca, bukan asal-asalan saja. Tetapi apakah semua orang punya moral obligasi yang sama? Terlepas dari langsung atau tidak langsunya sebuah tulisan dimuat. Ada hal lain yang penting yaitu tentang pihak yang mengontrol bahwa isi tulisan itu benar, seimbang dan tidak merugikan pihak tertentu.
Lalu siapa yang bisa menjadi pihak pengontrol? Di tengah banjir informasi, berita, opini, artikel dalam bentuk apapun termasuk Jurnalisme Warga ini, pihak yang bisa mengontrolnya adalah diri pembaca sendiri. Pembaca perlu melakukan proses pemilahan, pemilihan dan penyaringan. Tidak semua yang ada di internet benar dan bisa dipercaya. Disinilah wawasan pribadi sangat diperlukan. Ini adalah paradoks yang timbul dari kebebasan jurnalisme, di satu sisi wawasan yang cukup diperlukan untuk menyaring banjir berita dan informasi sedangkan di sisi lain banjir informasi diperlukan untuk memperluas wawasan.
 Di era seperti ini, mudah bagi setiap orang untuk menulis apa saja dan lebih jauh lagi menggunakan kebebasan menulis ini untuk tujuan tertentu. Tinggal pembaca yang harus dewasa dan pintar-pintar menyaring semuanya ini. Seperti pisau bermata dua. Ada yang sependapat ada yang tidak. Ada yang pro dan ada yang kontra. Inilah dinamika yang mewarnai kemunculan era baru jurnalisme, yaitu Jurnalisme Warga.